بِسْمِ ٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Ilmu bagaikan air yang mengalir

Analogi tersebut mungkin mengandung banyak arti yang bagi banyak orang dapat diinterpretasikan secara berbeda-beda juga.

Quote

“Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk.”

— Imam Syafi’i

Imam Syafi’i, seorang ulama besar yang terkenal karena kebijaksanaannya dan kedalaman ilmunya, meninggalkan banyak pemikiran yang terus relevan sepanjang masa. Salah satunya adalah quote tersebut yang mengandung filosofi mendalam mengenai hakikat ilmu, pentingnya mengamalkan ilmu, dan menjaga dinamika dalam proses belajar.

Bayangkan sebuah kolam dengan air tenang yang tidak pernah diganti. Pada akhirnya, air di kolam akan menjadi keruh, kotor, dan berbau. Tentu saja ini berbahaya bagi orang lain dan lingkungan sekitar.

Sekarang bandingkan dengan sebuah sungai yang airnya selalu mengalir. Airnya selalu bersih dan segar karena terus bergerak dan diperbarui, yang jelas bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan lainnya.

Ilmu pengetahuan juga demikian. Jika kita hanya berdiam diri dan tidak mau belajar, pengetahuan kita akan usang dan tidak bermanfaat. Namun, jika kita terus belajar dan menemukan hal-hal baru, pengetahuan kita akan terus berkembang dan bermanfaat bagi banyak orang.

Apa alasan menulis dan memiliki blog?

Bagi saya blog adalah strategi atau metode untuk mencatat segala hal yang pernah dipelajari, baik mengenai teknikal maupun hal-hal pada umumnya (general topics) seperti sains, psikologi, filosofi, ilmu agama, dll. Karena disamping untuk mengatasi lupa akan hal-hal yang telah dipelajari, blog juga menjadi sebuah sarana untuk mengekspresikan ide-ide, pengalaman hidup dan hal lainnya. Selain itu blog juga merupakan sarana untuk menyebarkan ilmu lebih luas lagi dan bisa menjangkau siapa saja, tanpa perlu jauh-jauh datang untuk bertemu dengan saya.

Menulis untuk Mengikat Ilmu (Qayyidul ‘Ilma bil-Kitābah)

Tulisan sebagai alat untuk mengikat ilmu—sebuah konsep yang sangat lekat dalam tradisi keilmuan Islam dan juga dalam pengembangan pribadi.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

قيِّدُوا العِلمَ بالكِتابِ

“Ikatlah ilmu dengan tulisan”

(Hadist ini disebutkan oleh al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad dan Taqyiid al-Ilmi, Ibnu Abdi al-Barr dalam Jami’ al-Bayan, Abu Nu’aim dalam Tarikh Ashfahan dan dalam Musnad asy-Syihab, dan dishahihkan oleh al-Albani di dalam as-Silsilah ash-Shahihah : 2026)

Makna ikatlah ilmu maksudnya ialah jagalah ilmu dengan mencatatnya, dengan mencatatnya apabila suatu saat kita lupa detail dari sesuatu maka kita akan dengan mudah dapat mencari, membaca, dan memahami keilmuan yang sudah kita dapatkan.

Dari hadits tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa:

  1. Ilmu Harus Dicatat Agar Tidak Hilang

    • Ilmu bukan sekadar dihafal, tetapi juga harus ditulis.
      • Hafalan manusia terbatas, sedangkan tulisan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama.
      • Menulis adalah metode terbaik untuk mendokumentasikan ilmu agar bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
    • Contoh dalam sejarah Islam:
      • Para sahabat seperti Abdullah bin Amr bin Al-Ash menulis hadis karena takut lupa.
      • Ulama terdahulu seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim menyusun kitab-kitab hadis yang menjadi rujukan utama hingga sekarang.
  2. Menulis Adalah Sunnah yang Dianjurkan

    • Menulis bukan hanya sekadar kebiasaan baik, tetapi juga bagian dari sunnah.
      • Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan pencatatan transaksi utang-piutang (QS. Al-Baqarah: 282).
      • Rasulullah ﷺ juga meminta beberapa sahabat mencatat wahyu dan hadis.
    • Dalam perkembangan Islam, banyak ilmu yang terjaga melalui tulisan.
      • Al-Qur’an dibukukan di masa Abu Bakar, lalu dikodifikasikan pada masa Utsman bin Affan.
      • Ilmu fikih, tafsir, dan ilmu lainnya berkembang karena adanya pencatatan oleh para ulama.

Ilmu bagaikan binatang buruan

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata di dalam salah satu syairnya,

الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ * قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ

“Ilmu itu bagaikan binatang buruan. Ikatlah hewan buruan kalian dengan tali yang kencang. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.”

Kenapa ilmu harus disebarkan?

Karena ilmu yang saya dapat, sejatinya adalah titipan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang saya dapatkan dari berbagai sumber entah itu teman-teman diskusi, dosen, guru, mentor, senior, rekan kerja, bahkan sumber seperti internet itu sendiri.

Penutup

Semoga catatan-catatan kecil saya yang sederhana ini dapat bermanfaat, membantu, dan juga menginspirasi anda.

Quote

“Ilmu itu seharusnya mengalir, jangan sampai berhenti di kamu”

Referensi


Philosophy